Wonosobo-Melalui
penguatan kelembagaan, komoditas gula jawa dan Desa Sembungan Kecamatan
Kejajar didorong jadi klaster unggulan tahun ini, hal ini diungkapkan
Asisten Administrasi Sekda Wonosobo, Sumedi, saat membuka lokalatih
penguatan kelembagaan dan penyusunan rencana bisnis klaster, Rabu, 29
Mei di Balai Latihan Kerja (BLK) Kertek.
Dengan
adanya penguataan kelembagaan yang jelas, gula jawa dan Desa Sembungan
yang telah dipilih menjadi produk unggulan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi
regional di Kabupaten Wonosobo, sehingga prioritas pembangunan
perekonomian bisa diarahkan pada bagaimana mengorganisasikan dan
mentransformasikan potensi daerah yang dimiliki untuk menjadi penggerak
bagi pembangunan ekonomi lokal.
Oleh
karena itu, segala potensi ekonomi lokal di Kabupaten Wonosobo akan
difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten untuk diarahkan dan
diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan penguatan
kelembagaan klaster unggulan.
Dalam
kegiatan pengembangan ekonomi lokal sendiri ada tahapan yang salah
satunya adalah tahapan penyusunan rencana tindak dan anggaran, dimana
dalam tahapan ini perlu disusun rencana bisnis klaster oleh pelaku
klaster sendiri, yang akan dijadikan sebagai pengungkit dan pendorong
ekonomi lokal.
Untuk
menyusun rencana bisnis klaster, masing-masing pelaku klaster harus
sudah membentuk forum rembug klaster yang nantinya bisa
mengidentifikasikan dan menyusun rencana usaha atau bisnis klaster yang
menjadi unggulan, dalam bentuk rencana bisnis klaster sebagai pedoman
kegiatan untuk waktu yang akan datang, dimana salah satu poin yang
menjadi perhatian utama dari rencana bisnis klaster tersebut adalah
penguatan kelembagaan klaster.
Adapun
beberapa permasalahan yang sering dijumpai dalam pengembangan klaster
yang telah dirintis selama ini adalah masih minimnya pengetahuan dan
wawasan pelaku klaster terhadap pengelolaan atau manajemen produksi dan
pemasalahan pemasaran termasuk di dalamnya adalah jejaring sosial,
kemudian belum terlibatnya secara utuh pelaku klaster dalam bisnis
klaster serta aktivitas pelaku klaster masih terfokus pada kegiatan
produksi.
Permasalahan
lainnya adalah peran dan fungsi kelembagaan klaster atau asosiasi
sebagai wadah organisasi yang belum berjalan secara optimal, adanya
konflik kepentingan dan rendahnya inovasi pelaku klaster serta rendahnya
jiwa kewirausahaan pelaku usaha.
Sumedi,
menambahkan untuk mengurangi permasalahan di atas, perlu adanya
lokalatih penguatan kelembagaan dan penyusunan rencana bisnis klaster
gula jawa dan pariwisata desa wisata Sembungan, yang akan dirintis
dengan melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan dan penguatan
kelembagaan yang melibatkan seluruh klaster.
Rencana
bisnis ini nantinya dapat menjadi salah satu instrumen dalam evaluasi
monitoring klaster, karena di dalamnya memuat profil klaster, ide
bisnis, bisnis utama dan penunjang, strategi pemasaran, posisioning
klaster, strategi produksi, kelembagaan dan rencana pembiayaan.
Kepala
Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Wonosobo,, Achmad Fathoni, menyampaikan keberhasilan pengembangan
klaster perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, disamping klaster
membutuhkan dialog, komunikasi, mediasi, social capital, transparancy
dan kepercayaan. Dibutuhkan pembagian peran antara pemerintah
kabupaten, lembaga donor, pelaku usaha, sektor swasta dan perguruan
tinggi. Agar lebih optimal lagi, juga dibutuhkan iklim usaha yang
kondusif, baik kenyamanan berusaha maupun kemudahan perijinan, selain
itu bagi pelaku klaster juga harus mempunyai jiwa entrepreneurship dan berfikir pasar (market driven).
Tahun
ini dipilihnya gula jawa sebagai klaster unggulan, dilakukan melalui
Fokus Grup Discussion (FGD) dari pelaku bisnis, yang dilakukan beberapa
waktu lalu, sedangkan dan Desa Sembungan terpilih dengan pertimbangan
desa ini mendapat bantuan PNPM Perdesaan, sehingga tinggal dibuat
kelembagaan klasternya untuk menjadikan desa wisata ini sebagai klaster
unggulan. Sementara sebelumya, Wonosobo telah memiliki klaster unggulan,
yakni klaster domba, carica dan desa Reco Kecamatan Kertek.
Sementara
itu, tenaga ahli regional pengembangan ekonomi lokal Jawa Tengah,
Bening Dwiyono menyampaikan, pengembangan klaster tidak terlepas dari
pengembangan wilayah produksi secara terpadu, partisipatif dan
berkesinambungan, dan inti dari pengembangan klaster adalah kemandirian
pelaku klaster.
Pemilihan
program klaster unggulan dilakukan dengan mengoptimalkan sumberdaya
lokal secara komprehensif dan terpadu, melalui pendekatan partisipatif
dan bottom-up, yang dilaksanakan sebagai wujud dari semangat
dan komitmen, dalam upaya merespon dan mendukung pembangunan
perekonomian dan menyejahterakan masyarakat.**Kontributor Humas Setda
Wonosobo**
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !